Search

Program Matrikulasi

Program Matrikulasi

Pengalaman mendampingi anak kelas akhir (baik SD, SMP, mapun SMA) selama 3 tahun, memberikan gambaran tentang cukup besarnya gap antara kemampuan anak yang sesungguhnya dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah melalui Ujian Nasional. Hal ini merupakan indikasi bahwa proses pembelajaran yang selama ini terjadi, belum optimal. Anehnya kondisi ini tidak tergambar dalam angka kelulusan, karena walau dengan kemampuan yang terbatas (bahkan tidak memenuhi standar), persentase kelulusan anak tetap tinggi. Kesan bahwa keluluskan siswa ‘dipaksakan’, terlihat sangat jelas. Mengapa hal ini terjadi? Penyebabnya adalah strategi pengajaran guru yang tidak menempatkan ketuntasan penguasaan anak sebagai orientasi pembelajaran. Pola yang dikembangkan adalah guru mengajar, lalu melakukan tes. Hasil tes sekedar menjadi dokumen administrasi belajar anak, bukan instrumen mengukur tingkat penguasaan anak.

Kondisi di atas tidak akan membantu anak pada jenjang pendidikan lanjutnya. Jika terjadi dalam jangka panjang, sekolah berkontribusi dalam menciptaan generasi dengan kemampuan yang rendah. Bagi anak, hal ini akan menyebabkan rendahnya tingkat kompetisi anak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan mengembangkan karirnya.

Dari evaluasi yang dilakukan, belum ditemukan upaya strategis dari sekolah-sekolah untuk mengatasi persoalan ini. Upaya yang dilakukan hanya terbatas pada upaya drilling atau latihan mengerjakan soal bersama oleh guru dan siswa sebelum ujian nasional. Ini merupakan upaya mengatasi masalah yang berorientasi jangka pendek dan tidak berkelanjutan. tidak mengatasi akar masalah yang sesungguhnya.

Untuk mencegah hal yang dijelaskan diatas terus terjadi maka sekolah perlu melakukan program matrikuliasi. Program matrikulasi ini bertujuan mengidentifikasi kelemahan siswa dan guru melakukan upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut. Program matrikulasi diawali dengan melaksanakan workshop bagi guru. Workshop ini melatih guru membuat soal dan melaksanakan try out ujian yang berorientasi pada pemetaan kemampuan anak.

Workshop pembuatan soal dan try out ujian ini memberikan dampak pada dua hal:

  1. Kemampuan guru untuk membuat soal yang memperhatikan cakupan dan tingkat kesulitan soal.
  2. Pemahaman guru terhadap peta kemampuan anak berdasarkan materi yang sudah diajarkan.

 

Dua hal ini menjadi dasar yang sangat baik bagi guru untuk mengembangkan program matrikulasi. Guru dapat mengetahui dengan persis pada bagian-bagian pembelajaran yang mana saja siswa mengalami kesulitan.

Hasil try out menjadi masukan terhadap pendekatan dan metode belajar yang selama ini digunakan oleh guru. Secara tidak langsung guru menerapkan siklus; pengalaman belajar – refleksi – perbaikan – pengalaman (baru), dan kembali ke refleksi lagi.

Pola yang yang digunakan selama program matrikulasi ini diharapkan menjadi pola pengajaran yang menetap, yang juga diterapkan pada pembelajaran regular di kelas. Praktek baik ini diharapkan dapat dikondisikan secara berkelanjutan untuk memperbaik mutu pembelajaran ke depan.