Dalam dunia yang semakin terhubung melalui teknologi, ada momen yang sungguh menginspirasi ketika dua sekolah menengah pertama (SMP) dari ujung-ujung Indonesia yang berbeda geografis bergabung dalam sebuah peristiwa kolaboratif yang penuh makna. Pada tanggal 5 September 2023, SMP YPK Tanah Merah baru, yang berlokasi di Kabupaten Teluk BIntuni, Papua Barat, dan SMP Kristen Satya Wacana di Salatiga, kota yang terletak di lereng gunung Jawa Tengah berbagi pengalaman mereka dalam sebuah kegiatan yang penuh warna.
Program tersebut, yang diberi nama Program P5 dengan tema “Berkebinekaan Global” memiliki tujuan mulia: memperluas pengetahuan siswa tentang budaya dan keanekaragaman di seluruh Indonesia dengan mendorong kolaborasi lintas sekolah.
Papua Barat: Mie Sagu dan Noodle Wee
Siswa dari SMP YPK Tanah Merah Baru memulai presentasi mereka dengan sebuah cerita tentang Mie Sagu, makan pokok masyarakat Papua. Mereka membagikan proses yang rumit dalam menghasilkan tepung sagu dan bagaimana tepung sagu ini menjadi bagian penting dalam hidangan seperti Papeda, yang biasanya disantap dengan kuah ikan. Namun, apa yang membuat presentasi ini begitu menarik adalah inovasi mereka dalam menciptakan alternatif jenis makanan berbahan dasar tepung sagu, yaitu Mie Sagu.
Siswa-siswi SMP YPK Tanah Merah Baru menjelaskan dengan semangat bagaimana pembuatan Mie Sagu ini dapat diselesaikan dalam waktu 2-3 hari. Bahkan lebih mengesankan lagi, mereka sedang merintis usaha penjualan Mie Sagu dengan merek dagang yang kreatif, yaitu “Noodle Wee”. Kata “Wee” diambil dari bahasa lokal Sumuri, yang digunakan oleh masyarakat Kampung Tanah Merah Baru yang berarti “Sagu”. Inilah cara mereka membagikan potongan kecil kekayaan budaya mereka kepada dunia.
Jawa Tengah: Pesona Musik Kulintang
Di sisi lain Indonesia, di kota Salatiga siswa dari SMP Kristen Satya Wacana membawa kita dalam perjalanan melalui alunan musik tradisional yang menawan. Mereka memainkan kulintang dengan penuh semangat, membawakan lagu-lagu yang mencerminkan kekayaan budaya dari Sumatera, Sulawesi Utara, hingga Papua.
Siswa-siswi ini juga memberikan wawasan mendalam tentang proses pembuatan kulintang yang begitu khas dan menantang dalam menguasai alat musik tradisional ini. Mereka berbagi kisah tentang ketekunan dan dedikasi mereka untuk memahami dan menguasai alat musik yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya.
Pertukaran Pengetahuan dan Pengalaman serta Menjembatani Kesemuaan dengan Teknologi
Kegiatan ini bukan hanya tentang presentasi dan pertunjukan. Selama sesi tanya jawab, siswa dan guru dari kedua sekolah dengan penuh semangat bertukar pengetahuan dan pengalaman. Mereka menciptakan lingkungan pembelajaran kolaboratif yang penuh produktivitas, memungkinkan siswa untuk lebih memahami budaya satu sama lain.
Kegiatan ini ditutup dengan penampilan tarian lokal yang memukau dari siswa-siswi SMP YPK Tanah Merah Baru, disertai permainan kulintang yang dilakukan oleh siswa SMP Kristen Satya Wacana di Salatiga. Momen ini menjadi pengingat bahwa teknologi dapat menjembatani kesenjangan geografis dan memperluas pemahaman kita tentang budaya-budaya yang beraneka ragam di negeri ini. Kolaborasi semacam ini adalah contoh nyata bagaimana kita dapat berbagi pengetahuan, kekayaan budaya, dan pengalaman antar sekolah, bahkan jika mereka berada ribuan kilometer jauhnya.
Semoga kisah inspiratif ini akan terus memperkuat persatuan bangsa dan menjadi dorongan bagi generasi muda untuk lebih menghargai dan menjaga kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa. Melalui pembelajaran bersama ini, kita dapat terus memperkuat ikatan persaudaraan antar wilayah di Indonesia.